Social Icons

Rabu, 22 Januari 2014

Potensi wisata Flores Timur perlu Go International

Kabupaten Flores Timur sebagai Kabupaten kepulauan begitu kaya dengan panorama alam yang indah dan tradisi adat yang unik. Flores Timur juga memiliki sejumlah aset wisata budaya yang perlu dikembangkan dan dipertahankan keaslian budayanya sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang di Pulau Flores bagian timur ini. Dari beberapa tempat berpotensi untuk wisata di Flores Timur, Dusun Riang Pedang, yang terletak  di desa Ile Padung kecamatan Lewolema ternyata menyimpan segudang keaslian budayan Lamaholot. Berdasarkan survey lapangan Incito Prematur yang dilakukan oleh N.G Sebastian, mengatakan, desa ini layak menjadi tempat obyek wisata budaya tingkat internasional.  

Berbagai tradisi asli budaya Lamaholot masih dipertahankan sehingga desa ini selalu kebanjiran wisatawan mancanegara. Pada tahun ini sebanyak 317 wisatawan mancanegara mengunjungi Riang Pedang untuk menyaksikan proses perkawinan tradisional Lamaholot, proses pembuatan benang, proses tenun ikat serta kunjungan ke korke atau langobelen (rumah besar/ rumah suku) yang merupakan tipikal rumah adat orang Flores Timur. Dalam kunjungan tersebut para wisatawan juga menyaksikan atraksi budaya berupa tarian adat yang dilengkapi dengan busana adat yang masih sangat asli. 

Selain wisata budaya, para wisatawan juga menyaksikan panorama alam yang begitu indah dengan hamparan pantai yang hijau serta sebuah teluk hading yang membelah ujung Tanjung Bunga dengan Lewolema. Di desa ini juga para wisatawan menyaksikan hasil produksi dan proses pembuatan biji mente menjadi makanan ringan yang telah dikenal dunia internasional melalui lembaga Swiss Contak. Sistem perkebunan yang menggunakan pupuk organik dengan produksi biji mente ini membuat desa yang pernah menjadi korban Gempa dan Tsunami 1992 ini, menjadi perhatian para wisatawan.

Wisatawan Kembali Lagi Ke Lewolema.
Selain ke Riang Pedang Desa Leworahang kecamatan Lewolema, wisatawan mancanegara dalam kesempatan yang berbeda kembali mengunjungi Desa Bantala kecamatan Lewolema senin,(8/6/10). Kunjungan yang semakin marak dengan tujuan Lewolema ini membuat orang semakin bertanya ada apa di Lewolema.Desa Bantala sebagai tujuan wisatawan asal Amerika yang berjumlah 12 orang tersebut ternyata merupakan induk dalam tradisi budaya Lamaholot versi Lewolema atau dikenal sebagai Lewo Kakan.
Di desa ini pula tersimpan sejumlah aset wisata budaya berupa berbagai kelengkapan atribut budaya asli berupa sarung adat, gelang, topi dan sejumlah perlengkapan lain. Para wisatawan mancanegara dalam kunjungan tersebut merasa begitu bangga dengan tradisi budaya orang Flores Timur yang saat ini masih dijaga. Laksmono Santos pemandu wisata ketika dimintai komentarnya mengatakan 13 tahun silam budaya Lewolema masih sangat terasa.
Menurutnya saat ini sudah ada sedikit pergeseran budaya, sehingga Laksmono mengharapkan, agar budaya yang ada ini perlu dipertahankan, karena pihaknya akan terus berupaya untuk menjual budaya ini kepada para wisatawan mancanegara untuk semakin dekat dengan Lewolema.
Laksmono mengharapkan agar semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat dan elemen-elemen lain untuk tetap dengan caranya tersendiri membantu masyarakat untuk melestarikan budaya asli ini.
 
Ritual/ Bahasa Tutur
Selain memiliki tradisi budaya yang unik, Flores Timur juga Memiliki Ritual atau tuturan ritual yang tersebar di berbagai wilayah etnik Indonesia Bahasa sangat beragam. salah satunya tuturan bahasa yang cukup unik ialah tuturan bahasa yang berada di flores timur. kelompok etnik lamaholot disana menyebutnya lewak tapo, yakni tuturan ritual yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan tuhan, atau mereka sebut rera wulan tana ekan sebagai pencipta langit dan bumi dan ina ama koda kewokot sebagai roh leluhur mereka.
Ritual lewak tapo adalah proses membelah kelapa yang dimaksudkan untuk mencari tahu sebab kematian seseorang yang tidak wajar atau meninggal sebelum masa tua mereka. hal ini sekaligus bertujuan untuk membersihkan bobot dosa yang dilakukan orang tersebut ataupun keluarganya yang menyebabkannya meninggal dunia dan tidak akan terulang kembali di kemudian hari.
Pada pandangan orang lamaholot pengingkaran terhadap koda (kebenaran) menyebabkan seseorang mudah mati atau mati muda. Koda hampir mirip seperti norma yakni larangan atau perintah yang ditujukan agar terciptanya keharmonisan antar manusia, manusia dengan lingkungan dan yang terpenting manusia dengan sang pencipta. Seseorang yang mempunyai bobot dosa yang banyak akan ditimpalkan hukuman oleh rera wulan tana ekan berupa kematian yang tidak wajar. hal ini kemudian melahirkan tradisi ritual lewak tapo.
Simbol-simbol Ritual Lewak Tapo
1.Tapo / kelapa
Disimbolkan sebagai kepala manusia. karena kepala adalah pusat pengendali aktivitas manusia, kepala juga sebagai pengendali perilaku baik ataupun buruk. perilaku buruk tersebut yang mengakibatkan seseorang mengalami kematian yang tidak wajar, yang tidak lain adalah kendali dari kepala. lewat buah kelapa diyakini akan terungkap kesalahan – kesalahannya dan dilakukan pemulihan agar tidak terjadi kembali di kemudian hari.
 
2. Sirih Pinang
Ditujukan untuk menyapa atau untuk menghormati para roh leluhur ataupun para tamu pria yang dating. sirih pinang berbentuk seperti rokok. Sirih pinang juga disimbolkan sebagai jenis kelamin. Pinang ( wanita) dan sirih ( pria ). makna simbolik ini terdiri dari dua dimensi yakni :
a. dimensi sosialsebagai sarana pengikat atar semua orang yang terlibat dalam upacara lewak tapo. mereka dengan ikhlas ikut mensukseskan acara tersebut
b. dimensi religisebagai saran penyatu antara manusia dengan leluhur dan tuhannya. agar mendapatkan restu dalam pelaksanaan acara ritual tersebut.

3. Tuak
Minuman khas ritual lewak tapo ini juga memiliki dua makna yakni :
a. makna religious : tuak adalah sarana untuk menyatakan segala sesuatu yang dilaksanakan dalam ritual lewak tapo berada naungan leluhur. untuk itu leluhur sangat diutamakan dalam proses ritual ini.
b. makna sosial : tuak adalah sarana penguat sumpah antara mereka yang meminumnya dan menyisyaratkan ikatan social pada yang meminumnya.

4. Belegan : gumpalan kapas putih dengan jumlah yang ditentukan oleh molan (dukun). bertujuan untuk pengungkapan dan pembersihan bobot – bobot dosa yang dilakukan yang dapat menghambat jalannya upacara ini.
 
Ciri Bahasa Ritual
1. Diksi dan sajak cenderung tetap
2. Diucapkan oleh orang tertentu
3. Diucapkan pada tindakan ritual sakral
4. Digunakan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta atau leluhur.
5. bahasanya cenderung berdaya magis.
 
Identifikasi Bahasa Ritual
1. Bahasa sehari-hari yang ditingkatkan fungsi , bentuk dan artinya.
2. Punya bentuk/susunan yang cenderung tetap.
3. Puitis dan metaforis
4. Menyajikan polisemi , homonym dan sinomini
5. Bentuk dan makna berkaitan secara sistematis.
 
Keyakinan orang lamaholot adalah kebersamaan. dengan ini menunjukan tradisi lewak tapo mengandung makna persatuan sebagai hubungan antara manusia dan leluhur. makna persatuan dengan leluhur ini membangun suatu nilai religious tersendiri di masyarakat lamaholot. orang lamaholot juga berkeyakinan pula leluhur dan tuhan berperan penting dalam ketentraman , keharmonisan , dan keselamatan hidup. lewak tapo juga bertujuan untuk melindungi generasi berikut. makna pemujaan ini menyiratakan kesadaran kita sebagai manusia adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan sang pencipta. Artinya bahasa tidak hanya sebagai bagian dari budaya, tetapi bahasa adalah gambaran bahasa dari budaya masyarakat/penuturnya tersebut.




Perlu Upaya Pengembangan
Kepala Dinas Perhubungan,Pariwisata,Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur Drs.Thomas Padjon Tukan,M.Si ketika menerima kunjungan wisatawan mancanegara tersebut mengatakan bahwa kunjungan wisatawan asing memberikan makna akan pentingnya pengembangan pariwisata di Flores Timur.
Dikatakannya pula bahwa Pemerintah melalui Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika tetap terus berupaya mengembangkan program-program kepariwisataan untuk menjadikan Flores Timur sebagai daerah tujuan wisata.Terkait dengan itu pihaknya akan berupaya untuk mengembangkan obyek wisata di Flores Timur secara bertahap guna memenuhi kriteria sebagai obyek wisata yang menarik, apik,d an memikat bagi wisman, sehingga lebih lama tinggal di Flores Timur dan memberikan kenangan yang tidak terlupakan.
Perjalanan wisata budaya para wisatawan mancanegara tersebut terkesan menarik karena didukung oleh sarana dan prasarana serta Informasi yang cukup sebagaimana dikatakan Jhon Wilbert pemandu wisata Dinas terkait, khususnya dibidang Pengembangan Produk Wisata dan Pemasaran menyiapkan Leaflet guiding info, kalender Event Pariwisata, Jadwal atraksi upacara adat yang ada di Flores Timur selama satu tahun serta buku pesona wisata.
Mr. Gerard salah satu peserta wisata ketika dimintai komentarnya terkait perjalanan wisata di Flores Timur mengatakan bangga karena warga Flores Timur menerima rombongan wisman dengan baik, ramah,mempunyai kemampuan guide yang bagus serta pelayanan selama perjalanan tour terasa aman termasuk alur pergerakan lalu lintas yang begitu baik. Mr.Gerard mengharapkan perlu adanya peningkatan kondisi jalan dan areal pelabuhan Larantuka.

Daerah-daerah Potensi Wisata Dan Hal Yang Harus Dilakukan
Dunia pariwisata pada umumnya merupakan salah satu sektor yang dapat meningkatkan dan memajukan perekonomian. Dan wilayah Flores Timur yang memiliki potensi pariwisata yang begitu banyak dapat kita manfaatkan untuk kemajuan perekonomian daerah Flores Timur. Untuk diketahui, berdasarkan hasil pantauan beberapa lembaga survey nasional di bidang pariwisata, mengatakan bebrapa waktu lalu, Flores Timur dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata yang bertaraf internasional selain Wisata Budaya Lewolema (Tanjung Bunga). Seperti, Danau Asmara, Jejak Kaki Gajah Mada (Tanjung Bunga), Pantai pasir putih Ritaebang (Solor), Danau Wibelen (Adonara), Pulau Konga, Selat Lewotobi dan Gugusan Pulau-Pulau Kecilnya yang indah dan masih banyak lagi tempat-tempat yang lainnya.
Menyikapi potensi ini, memang sudah seharusnya pemerintah daerah Flores Timur , dalam hal ini  dinas terkait, terus berupaya untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di Flores Timur yang begitu banyak. Hal ini jelas membutuhkan proses yang tidak mudah. Tetapi bukan tidak mungkin. Untuk itu, pemda dan instansi terkait harus sesegera mungkin mencari formula jitu (strategi promosi yang tepat) untuk mengemas daerah berpotensi wisata tersebut menjadi daerah tujuan wisata yang menjanjikan demi meningkatkan PAD Flores Timur di bidang pariwisata. Sudah tentu, hal ini juga harus ditunjang dengan pembangunan sarana dan prasarana yang bisa memfasilitasi para wisatawan untuk mau dan betah berkunjung ke daerah kita. Seperti pembangunan sarana jalan, pemugaran hotel dan penginapan yang memadai mau pun SDM manusia yang mampu menerima setiap dampak dari kemajuan pariwisata di daerah Flores Timur.
Untuk mencapai segala tujuan diatas, ada beberapa hal yang mungkin harus dilakukan oleh Pemda dan Instansi terkait seperti :
1.    Menambah tenaga ahli pariwisata (sesuai kebutuhan) dalam Dinas Pariwisata
2.    Melakukan diskusi-diskusi pariwisata dengan tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh          masyarakat dan lapisan masyarakat
3.    Memberikan kursus-kursus pariwisata kepada tenaga muda yang peduli dengan masalah pariwisata di Flores Timur
4.    Melestarikan adat dan budaya tradisional yang telah ada
5.    Menjalin kerjasama dengan pihak swasta yang berkompeten
6.    Mencaari investor di bidang pariwisata untuk membangun infrastruktur pariwisata yang dapat dijual
7.    Melakukan kegiatan promosi yang terus menerus, dll
Selain hal-hal diatas, masyarakat Flores Timur juga dituntut untuk mau bekerjasama dalam mensukseskan program-program di bidang pariwisata (andaikata ada) yang digulirkan oleh pemerintah. Masyarakat kita harus sadar bahwa sektor pariwisata dapat mendongkrak pendapatan perkapitanya. Juga dapat menambah laju pertumbuhan perekonomian Floes Timur. Sehingga tujuan pengentasan kemiskinan dan kemakmuran masyarakat Flores Timur sedikit dapat tercapai. Sekian.
sumber : http://larantuka.com/

Jumat, 17 Januari 2014



LARANTUKA
  

 
 



 Flores Timur  dengan ibukota   Larantuka adalah salah satu  kabupaten  di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di sebelah timur  dari Pulau Flores, yang terdiri dari Pulau Solor dan Pulau Adonara.

kota ini terkenal sebagai kota religi bagi umat Nasrani yang di sebut sebagai kota reinha.keindahan kota Larantuka tidak perlu di ragukan lagi karena terdapat banyak tempat wisata berupa pantai-pantai.yang sangat saya banggakan dari kota bekas penjajahan portugis ini adalah rasa solidaritas umat beragama yang sanga tinggi.

Meskipun Mayoritas penduduk adalah Nasrani namun  masyarakat disana hidup selalu berdampingan dengan tidak memandang perbedaan agama sehingga terciptanya kerukunan serta keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika anda tertarik untuk mengetahui budaya-budaya baik dari tarian atau menenun anda bisa langsung datang dan berkunjung kekota ini

Setiap tahun, pada saat menjelang dan saat perayaan Paskah umat Katolik, kota indah di bibir pantai ujung timur Pulau Flores ini dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota di pelosok Tanah Air, bahkan dari luar negeri. Larantuka dalam sepekan itu menjadi 'kota bisu'. Para peziarah seolah bergerak dalam kebisuan untuk mengikuti dengan khusyuk “tapak-tapak penderitaan hingga prosesi pemakaman Yesus” khas adat Larantuka.



 
 

Tak hanya dikunjungi wisatawan domestik, tapi juga luar negeri. Berbagai alasan pun diberikan, ada yang ingin berwisata rohani ketika Paskah, ada pula yang datang sekadar untuk menyaksikan keramaian Semana Santa.

Di tengah apitan dua pulau ini terbentang sebuah lautan kecil dengan selat-selat sempit bagaikan sebuah telaga. Secara alami, Larantuka merupakan sebuah permukiman yang sangat indah.
Sebagai kota pelabuhan yang tidak terlalu besar, Larantuka memperlihatkan panorama yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung Lewotobi ganda yang samar-samar tampak di bagian barat, sungguh mempesona

Kamis, 16 Januari 2014

Larantuka: Mutiara Iman dari Timur

Jauh di ufuk timur Indonesia, tepatnya di Pulau Flores bagian timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kota kecil bernama Larantuka yang memiliki nama yang besar di dalam sejarah kekristenan (Katolik) di tanah air. Sudah sekitar lima abad yang lalu, kota ini telah diinjili oleh para misionaris dari Portugis. Kekayaan iman yang pernah diterima dari para misionaris, khususnya ritual seputar Pekan Suci, tetap dipertahankan sampai saat ini, sekalipun mengalami sedikit degradasi makna manakala dibumbui oleh cita rasa komersialisme.

Catatan sejarah yang penting tentang Flores Timur berasal dari seorang pelayar Portugis bernama S.M. Cabot pada tahun 1544. Cabot, dalam pelayarannya ke ujung timur Pulau Flores, menjumpai sebuah bunga karang raksasa di Tanjung Bunga. Tempat di mana ia menemukan bunga karang tersebut dinamainya sebagai “Cabot de Flores”.

Sebelum misi Katolik menyentuh wilayah Flores Timur, sebagian besar masyarakat hidup dalam kepercayaan lokal yang menghormati roh-roh nenek moyang dan mempercayai takhyul. Sosok Yang Ilahi disapanya sebagai “Lera Wulan Tanah Ekan” atau sang Ada yang menguasai matahari, bulan, dan bumi. Selain itu, kekuasaan mutlak raja tak dapat ditandingi pihak manapun. Rakyat dianggap tidak memiliki hak; mereka hanya berharap dari kemurahan hati sang raja. Setelah masuknya kekristenan, dapat dikatakan bahwa situasi ini mengalami perubahan yang sangat besar, terutama terhadap kehidupan iman umat.

Misi Katolik di Flores Timur:

a. Pusat Misi di Solor
Iman Katolik di Larantuka dan di daerah sekitarnya dibawa oleh para misionaris dari ordo OP (Ordo Praedicatorum), OFM (Ordo Fratrum Minorum), SJ (Societas Jesu), dan SVD (Societas Verbi Divini). Dalam pelayaran portugis untuk mencari rempah-rempah pada peralihan abad ke-5 dan abad ke-6 di Kepulauan Nusa Tenggara, ikut serta pula para misionaris yang mengantongi izin resmi dari Paus untuk mewartakan iman Katolik di tempat persinggahan kapal dagang Portugis.

Pada tahun 1556, P. Antonio Taveira OP, membaptis 5000 orang di Pulau Timor dan banyak orang lain di daerah Flores Timur. Sayangnya, pembaptisan ini tidak segera diikuti dengan upaya-upaya pembinaan iman lanjutan sehingga umat yang telah dibaptis kembali lagi ke keadaan sebelum dibaptis yang diwarnai dengan praktek-praktek kekafiran. Upaya misi yang lebih serius dilakukan pada tahun 1561, yang ditandai dengan kedatangan tiga misionaris dominikan asal Portugis di Lohayong, Pulau Solor, yaitu P. Antonio da Cruz OP, Simâo das Chagas dan Bruder Alexio. Para misionaris ini tinggal di tengah komunitas pedagang portugis yang terpisah dari komunitas masyarakat lokal. Hanya pada saat-saat tertentu saja, para misionaris tinggal bersama dengan umat lokal dan melayani kebutuhan iman mereka. Pada periode tahun 1560-an, setelah mendapatkan serangan dari armada Islam, para misionaris memelopori pendirian benteng pertahanan untuk melindungi kepentingan dagang Portugis dan masyarakat setempat.

Pada tahun 1613, sebuah armada dagang Belanda (VOC- Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang dipimpin oleh Apolonius Scotte menuntut pihak Portugis untuk menyerahkan benteng Lohayong, Solor. Setelah kehabisan amunisi dalam sebuah pertempuran sengit, akhirnya pihak Portugis menyerahkan Benteng Lohayong ke pihak Belanda pada tanggal 20 April 1613. Sebagian pedagang Portugis berangkat ke Malaka, dan sebagian lainnya berangkat ke Larantuka yang pada saat itu masih dikuasai Portugis. Pasca penyerahan benteng di Lohayong, Belanda menguasai pulau Adonara dan sebagian besar Pulau Solor, kecuali Lewolein dan Pamakayo.

b. Pusat Misi di Larantuka
Bersamaan dengan berpindahnya sebagian pedagang Portugis ke Larantuka, pusat misi di Solor kemudian dipindahkan ke Larantuka, Flores Timur. Pada tahun 1630, P. Michael Rangel OP, memperbaiki benteng di Solor yang telah ditinggalkan Belanda. Sementara itu Larantuka telah berkembang menjadi pusat misi yang baru. Pada tanggal 13 Desember 1633, P. Michael Rangel OP menuliskan sebuah laporan ke Portugal yang antara lain menyebutkan, “Masa gemilang agama Kristen sudah kembali lagi. Kurban misa dan perarakan diselenggarakan lagi, stasi-stasi misi didirikan, pertobatan orang kafir dan penghiburan kaum beriman telah berjalan kembali seperti dahulu.”

Misi Portugis di Larantuka rupanya terus didesak oleh pihak Belanda. Pada bulan Desember 1851, pihak Portugis dan Belanda mengadakan perjanjian pembagian wilayah Nusa Tenggara Timur. Beberapa kali perjanjian ini mengalami perubahan dan penegasan. Akhirnya, pada tanggal 20 April 1859, melalui sebuah perjanjian bersama, ditentukanlah bahwa Flores lepas dari pengaruh Portugis. Setelah perjanjian tersebut, perhatian para misionaris ke Pulau Flores menurun. Atas upaya kaum awam yang secara militan mempertahankan iman yang telah ditanamkan oleh para misionaris Portugis, iman Katolik dapat diwariskan. Kelompok Confreria Reinha Rosari Larantuka (kelompok religius awam) yang pernah didirikan oleh P. Lukas da Cruz pada tahun 1564, menjadi yang terdepan dalam mempertahankan tradisi-tradisi ke-Katolik-an yang telah diwariskan oleh para misionaris Portugis.

Setelah lepas dari pelayanan iman oleh misionaris Portugis, umat kemudian dilayani oleh para misionaris Belanda. Misi awal para misionaris Belanda ditandai oleh dua tantangan, yaitu a) kecurigaan umat terhadap bahaya protestanisasi, dan b) kualitas iman umat yang sangat merosot. Sebuah surat dari Fra Gregorio, seorang misionaris di Dili, kepada Raja Larantuka segera mengatasi kecurigaan umat terhadap bahaya protestanisasi pada saat itu. I.P.N. Sanders, misionaris pertama Belanda di Larantuka, menyaksikan kondisi iman umat yang sangat terbengkalai. Misionaris Belanda lain, yaitu Heynen, menuliskan, “Betapa banyak kebiasaan buruk telah masuk ke dalam hidup mereka. Takhyul tumbuh dengan subur bagaikan tanaman liar di ladang yang tak terurus. Animisme dilakukan dengan leluasa. Mabuk, dengan semua akibat yang tidak mengenal kesusilaan, balas dendam dan semua kekejaman tak berperikemanusiaan merajalela. Memang kita harus berjuang untuk melawan kepicikan dan kemalasan keagamaan di daerah ini”. Kedatangan Pater G. Metz SJ membuka daftar misionaris SJ di daerah Flores Timur. Beliau sangat berperan dalam memajukan bidang kesehatan dan pertanian. Pada tahun 1875, simbol kekafiran terakhir dihapuskan dengan dibubarkannya rumah adat kafir yang terakhir di wilayah tersebut. Lewat dukungan Raja Don Lorenzo DVG, Larantuka semakin mantap berkembang sebagai pusat misi Katolik.

Pada tahun 1913, para misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang berpusat di Jerman, memasuki Gereja di Nusa Tenggara. Mereka mengambil kendali misi di Flores dari tangan misionaris SJ pada tahun 1914. Tempat pendidikan calon imam (seminari menengah) didirikan di Hokeng pada tahun 1950. Pada tahun 1958, sebuah tarekat suster lokal bernama Puteri Reinha Rosari (PRR) didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek SVD. Para religius dan kaum awam yang mendapatkan warisan iman yang sama, terus bekerja sama memajukan iman yang pernah diterimanya.

Tradisi Pekan Suci (Semana Santa) di Larantuka:

Pekan suci adalah pekan terakhir dalam masa puasa dan pantang umat Katolik yang telah dibuka pada hari Rabu Abu (Ash Wednesday). Pekan ini disebut suci, karena umat secara khusus mengenangkan saat sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Pekan suci dibuka dengan Minggu Palma, saat untuk mengenangkan Yesus yang memasuki Kota Yerusalem untuk menderita dan wafat di salib. Selanjutnya diikuti dengan perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Santo, dan diakhiri dengan Minggu Paskah.

Pada hari Senin dan Selasa dalam Pekan Suci, umat  Larantuka menjalankan kegiatan seperti biasa, tanpa ada perayaan religius tertentu. Hari Rabu, adalah hari untuk mengenangkan Tuhan yang terbelenggu (Tuan Trewa). Umat Katolik Larantuka berkumpul di Kapel Tuan Trewa untuk mendaraskan ratapan Nabi Yeremia (lamentasi). Saat-saat puncak Pekan Suci adalah Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Santo, dan Minggu Paskah. Hari Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Santo sering disebut sebagai Tri Hari Suci.

a. Kamis Putih
Kamis Putih adalah hari peringatan perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya. Umumnya pada hari Kamis Putih pagi, diadakan misa Krisma yang dipimpin oleh uskup setempat untuk memberkati minyak yang dipakai untuk sakramen pembaptisan, krisma, pengurapan orang sakit, dan imamat. Pada sore harinya, imam mengadakan ekaristi, yang secara khusus dipersembahkan untuk mengenangkan perjamuan terakhir Yesus. Bagian integral dari perayaan ini adalah tindakan simbolis imam yang membasuh kaki 12 orang yang dipilih untuk mewakili 12 rasul Yesus. Biasanya, perayaan ekaristi ditutup dengan Adorasi/Penyembahan Sakramen Mahakudus (tubuh Kristus yang diletakkan di dalam monstrans) dan tuguran (doa bergilir di hadapan Sakramen Mahakudus).

Pada Kamis Putih pagi, umat Larantuka membuat pagar bambu (pasang turo) sebagai tempat lilin untuk prosesi yang diadakan pada hari Jumat Agung. Turo dipasang sepanjang jalur prosesi. Selain memasang pagar bambu, umat pun membuat Armida, yaitu tempat persinggahan Tuan Ma (arca Bunda Maria) dan Tuan Ana (peti yang berisi arca Yesus) yang diarak keliling kota dalam prosesi Jumat Agung. Selain itu, para petugas dari kelompok Confreria membersihkan arca Mater Dolorosa. Pada hari Kamis sore, kapel Tuan Ma dan Tuan Ana dibuka oleh keturunan Raja Larantuka.
Setelah misa Kamis Putih, dipersiapkanlah empat orang yang secara khusus melakukan promesa  (intensi) Lakademu. Para Lakademu melakukan Jalan Kure, untuk mengecek jalur prosesi dan kesiapan armida. Artefak-artefak religius peninggalan Portugis, yang akan ditempatkan di armida prosesi, dibersihkan pada hari Kamis Putih.
Sebagian besar umat yang tidak secara langsung bersentuhan dengan persiapan prosesi Jumat Agung mengisi waktunya dengan berziarah ke makam sanak keluarga yang telah meninggal dunia.

b. Jumat Agung
Jumat Agung adalah hari khusus untuk mengenangkan sengsara dan wafat Yesus Kristus. Umumnya umat Katolik berpuasa dan berpantang makan daging. Liturgi Gereja diisi dengan ibadat penyembahan Salib Yesus.
Bagi umat Larantuka, Jumat Agung adalah hari yang penting dan istimewa, karena pada hari ini umat mengadakan Prosesi Jumat Agung untuk mengenangkan Bunda Maria yang meratapi Puteranya yang menderita dan wafat di kayu salib. Prosesi ini sangat populer di kalangan umat, tidak hanya yang ada di Larantuka, tetapi juga yang ada di luarnya. Pada hari Jumat Agung, Larantuka bagaikan kota mati yang tak berpenghuni. Masyarakat menjalankan aktivitasnya tanpa menimbulkan keramaian yang amat mencolok.

Pada pagi hari, sekitar jam 10.00 WITENG, diadakan prosesi laut untuk mengarak patung Tuan Meninu (bayi Yesus). Perarakan ini berakhir di depan istana raja, dan selanjutnya di arak menuju armida Tuan Meninu. Perarakan diiringi dengan doa dan nyanyian dalam bahasa Portugis dan Indonesia.
Pada pukul 15.00 WITENG, bertepatan dengan jam wafatnya Yesus Kristus, arca Tuan Ma dan Tuan Ana diarak menuju ke Gereja Katedral Larantuka. Adapun urutan perarakan, antara lain: pemukul genda do (genderang), anggota Confreria, pembawa salib dan lilin, arca Tuan Ma, arca Tuan Ana, dan para petugas yang membawa simbol-simbol penghinaan terhadap Yesus, antara lain, palu dan paku besar, 30 keping uang perak, mahkota duri, tongkat, bunga karang, lembing. Perarakan itu diiringi dengan doa dan nyanyian.

Sebelum prosesi Jumat Agung diadakan, umat mengunjungi pemakaman terdekat untuk mendoakan arwah umat yang telah meninggal, sambil berharap agar mereka bangkit bersama dengan Yesus yang bangkit. Sementara umat berdoa, para Lakademu berjalan mengelilingi pekuburan dan kembali lagi ke Katedral untuk mempersiapkan diri mengikuti prosesi.

Prosesi adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh umat. Panjang prosesi mencapai 5 kilometer. Setelah doa pembukaan oleh uskup, seorang wanita tampil dan menyanyikan lagu ratapan “O Vos Omnes” (bdk. Rat. 1:12). Setelah prosesi berjalan, doa dan nyanyian dipandu oleh kelompok Confreria. Urutan perarakan prosesi, antara lain, barisan para pemukul genderang perkabungan, panji konfreria, anak–anak yang membawa simbol–simbol penghinaan Yesus, biarawan/wati, Lakademu pengusung Tuan Ma, para promesa, Tuan Ana, umat dan para peziarah. Semua orang yang mengikuti prosesi harus memegang lilin yang bernyala sepanjang jalan prosesi. Pada malam prosesi ini, Larantukan bagaikan lautan cahaya lilin.

Perjalanan prosesi menyinggahi delapan armida:
1. Armida Misericordiae. Di armida ini, umat disuguhkan bacaan Injil, doa-doa, dan nyanyian yang menghantar dan mengingatkan umat akan kedatangan Yesus Kristus.
2. Armida Tuan Meninu. Di sini, umat diajak untuk mensyukuri kasih Allah yang telah memenuhi janji-Nya untuk mengutus Putra-Nya ke dunia.
3. Armida Balela. Di armida ini, umat diajak untuk meneladani Yesus yang setia melaksanakan tugas perutusan-Nya
4. Armida Tuan Trewa (Tuan Terbelenggu). Umat diajak untuk merenungkan sikap dan teladan Yesus yang rela berkorban untuk menebus manusia dari perhambaan dosa.
5. Armida Pante Kebis. Umat diajak untuk merenungkan kesetiaan dan ketabahan Bunda Maria dalam mengikuti Yesus dari rumah Pilatus sampai puncak Kalvari.
6. Armida Pohon Sirih. Umat diajak untuk merenungkan cinta dan ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib.
7. Armida Kuce. Di armida ini, umat diajak untuk merenungkan penderitaan Yesus dan wafat-Nya di kayu salib.
8. Armida Tuan Ana. Di armida ini umat diajak untuk merenungkan Yesus yang diturunkan dari salib dan dimakamkan.
Arak-arakan prosesi berakhir di Gereja Katedral. Di depan gereja telah berdiri dua petugas untuk menerima sisa lilin dari umat (punto dama). Sisa lilin biasanya diolah kembali oleh kelompok Confreria untuk keperluan ibadat sepanjang tahun.

c. Sabtu Santo/Sabtu Halleluya
Sabtu Santo merupakan perayaan malam Paskah. Perayaan liturgi malam Paskah dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu a. Upacaya Cahaya yang melambangkan Kristus yang menghalau segala kegelapan, b. Liturgi Sabda untuk merenungkan karya penyelamatan Tuhan (7 bacaan dari Perjanjian Lama dan 2 bacaan dari Perjanjian Baru), c. Liturgi Baptis untuk memperbaharui janji baptis umat, d. Perayaan Ekaristi.
Pada hari ini, umat Katolik Larantuka menghantar Tuan Ma dan Tuan Ana kembali ke kapelnya masing-masing. Tuan Ana dan semua simbol penghinaan Yesus dihantar ke kapel Tuan Ana di Kelurahan Lohayong. Tuan Ma diarak menuju ke kapelnya di Pante Kebis. Pada hari ini pula, kota Larantuka disibukkan dengan arus kendaraan para peziarah yang kembali lagi ke tempatnya masing-masing.

d. Minggu Paskah
Perayaan ekaristi minggu Paskah diwarnai dengan sukacita karena “Tuhan telah bangkit”. Pada hari ini, para anggota Confreria mengevaluasi kegiatan selama Pekan Suci dan memeriksa kembali semua perlengkapan yang dipakai selama prosesi.

Catatan Akhir:
Adalah sebuah kebanggaan bagi masyarakat Flores Timur, khususnya masyarakat Larantuka bahwa mereka dapat mempertahankan warisan iman yang telah mereka terima dari para misionaris asing pada sekitar lima abad lampau. Di tengah perkembangan zaman yang semakin mengancam nilai-nilai keagamaan, tradisi iman tetap berdiri teguh.
Salah satu tradisi keagamaan di Larantuka yang paling populer adalah prosesi Jumat Agung. Prosesi iman yang berintikan Maria yang meratapi nasib anaknya yang menderita dan wafat di salib ini, telah menyedot perhatian ribuan orang dari dalam dan luar negeri. Salah satu daya tarik prosesi ini adalah lamanya ia dipertahankan, dan otentisitas ritualnya yang tetap terjaga. Menurut penulis, kedua faktor inilah yang menyebabkan prosesi Larantuka menjadi pilihan umat Katolik untuk melewatkan masa-masa puasa dan tobatnya. Larantuka bagaikan mutiara berharga yang sangat dicari oleh orang-orang yang haus akan kasih, kebaikan, dan mujizat ilahi.
Keberlangsungan suatu tradisi sangat tergantung dari generasi yang mewarisinya. Adalah sebuah tugas yang berat bagi orang muda Katolik di Larantuka untuk mewarisi warisan iman yang sangat berharga ini. Untuk itu, penulis berharap agar orang muda Katolik Larantuka tetap berpegang teguh pada iman dan merasa bangga sebagai orang muda Katolik Larantuka.

Indahnya Penyembuhan Tuhan (Kesaksian Perjuangan Melawan Kanker)

Indahnya Penyembuhan TuhanLampu—lampu berkelip di perumahan Citra Dua – Cengkareng mengingatkan akan keindahan surga yang menjadi tujuan kehidupan makhluk yang bertuhan. Saat itu, tanggal 05 November 2015, umat Lingkungan Yohanes Pembaptis mengadakan Misa untuk mendoakan arwah-arwah orang-orang tercinta.
Ketika aku memandang sepasang suami dan istri, yaitu Andreas Faizal Tjokro dan Pita, bersama anak-anaknya, aku kaget. Aku sangat mengenalnya karena beliau adalah wakil koordinator PDKK Paroki Trinitas – Cengkareng dan juga ketua wilayah 28 Paroki tersebut. Badannya kurus dan wajahnya menghitam. Dia baru saja menyelesaikan proses radiotherapy dan kemotherapy. Aku ingat bahwa sebelum menjalani pengobatan kankernya, istrinya meminta aku mendoakan suaminya itu. Bapak Faizal mengatakan : “Romo, aku datang karena ingin bertemu Romo. Aku ingin memberikan kesaksian akan kebaikan Tuhan yang tak terhingga”. Wajahnya nampak tidak down, bahkan tetap menunjukkan sukacita iman walaupun kanker pernah menderanya dan penanganan telah dijalaninya. Kata-katanya yang indah : “Di dalam sakitnya, justru mukjizat Tuhan sangat terasakan. Kuncinya adalah tetap setia melayani Dia walaupun penyakit mengancam jiwanya”.
Mukjizat Tuhan diimani sejak ia merasakan kepalanya sakit luar biasa pada bulan Februari 2013. Dokter syaraf menyarankan untuk melakukan MRI dan cek darah untuk mengetahui penyebabnya. Ia memutuskan hanya meminta obat anti sakit saja dahulu karena pada tanggal 28 Februari 2013 ia bersama istrinya, Pita, dengan teman-teman Shekinah mengadakan ziarah ke tanah suci, Holly Land, dalam rangka pesta perak SEP Shekinah. Obat itu membantunya ketika sakitnya kambuh. Pada hari kedua ziarah, ia mengalami mukjizat Tuhan semakin nyata setelah didoakan dalam Kebangunan Rohani Katolik (KRK). Ia tidak mengalami kesakitan lagi sampai ziarah selesai.
Setelah pulang dari ziarah, ia memutuskan melakukan biopsi di Pinang –Malaysia seperti anjuran dokter karena pembengkakan di leher tetap masih besar walaupun ia tidak merasakan sakit lagi. Hasil dari biopsi yang ia terima pada awal bulan April mengagetkannya. Ia divonis mengidap kanker rongga mulut (nasopharynx carcinoma) stadium empat. Ia sempat shock dan tidak lagi mampu berdoa seperti biasa. Dukungan doa dari teman-teman sekomunitas, guru-guru SEP Shekinah, uskup, para pastor, dan teman-teman sekolahnya memberikan kepadanya kelegaan. Ia mengalami kekuatan dan urapan baru. Kekuatan Roh Kudus melingkupinya. Ketika berdoa malam, ia sungguh bisa menerima keadaannya dan berserah kepada Tuhan Yesus. Ia berbicara kepada Tuhan: “Tuhan, aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghadapi kanker ini. Aku mohon kepadaMu, Tuhan, untuk memberikan petunjuk melalui suara Roh Kudus-Mu agar aku boleh mengambil segala keputusan sesuai dengan rencana-Mu. Aku berserah kepadamu. Aku percaya ini boleh aku alami agar aku dapat lebih dekat lagi dengan Engkau”. Penyerahan kepada Tuhan membuahkan hasil yang mengagumkan. Hasil PET Scan menunjukkan bahwa kanker hanya ada di sekitar dinding tenggorokan dan belum menyebar sama sekali. Stadiumnya pun menurun menjadi stadium tiga.
Petunjuk Tuhan lebih lanjut diberikan kepadanya melalui orang-orang yang ia layani sambil menunggu pengobatan radiotherapy sebanyak tiga puluh tiga kali dan kemotherapy sebanyak enam kali pada tanggal 13 Mei 2013. Setiap minggu ia tetap menghantar komuni tiga orang oma. Ia memberikan kekuatan dan peneguhan dengan Firman Tuhan kepada seorang oma yang berusia enam puluh tahun yang kena kanker payudara dan baru saja menjalani kemotherapy yang pertama serta keadaannya lemah : “Ibu hendaknya untuk senantiasa berdoa, cukup dengan memanggil Yesus… Yesus… Yesus…. ketika merasa tidak berdaya”. Hal ini tidak mudah baginya karena ia juga akan menjalani hal yang sama. Ia sangat merasakan pelukan Tuhan Yesus yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy ketika seorang Bapak memeluknya sambil mengeluarkan air mata deras pada saat ia mendoakannya pada acara pencurahan Roh Kudus dalam retret pengutusan KEP Trinitas pada tanggal 11 Mei 2013. Peristiwa dan pelayanan ini memberikan kekuatan baginya ketika ia menjalani pengobatan. Katanya: “Tuhan Yesus memberikan apa yang aku butuhkan ketika aku tetap setia melayani Dia”.
Setelah menerima Sakramen Perminyakan Suci, ia didampingi istrinya tercinta dan mamanya pergi ke Singapore untuk menjalani radiotherapy dan kemotherapy selama dua bulan. Iman akan penyembuhan Tuhan menjadi kekuatannya. Ia dapat menyelesaikan semua proses radiotherapy dan kemotherapy yang begitu berat pada tanggal 25 September 2013. Walaupun berat badannya turun sampai 15 kg dan rambutnya rontok, ia tetap bahagia karena mengalami mukjizat Tuhan itu nyata. Setelah dilakukan pengecekan MRI, Ia dinyatakan telah bersih dari kanker. Puji Tuhan.
Ia merasakan berkat Tuhan dari penyakit ini. Pertama: relasi dengan istrinya semakin mantap. Kedua: pemulihan terjadi dalam keluarga. Ketiga: Mamanya tercinta mau untuk masuk Katolik setelah merasakan bagaimana perjuangannya bersama Tuhan Yesus melawan kanker. Ia sedang menjalani katekumen lansia dan akan dibaptis pada tanggal 7 Desember 2013 nanti. Ia mensyukuri berkat Tuhan di balik penyakit yang harus ia lalui: “Tuhan bukan hanya memberikan kesembuhan bagiku, tetapi menganugerahkan keselamatan bagi mamaku”. Ia menyimpulkan pengalaman imannya dalam sebuah kalimat: “Tuhan akan mengubah masalah yang mendera kita menjadi berkat istimewa ketika kita menyerahkannya kepada Tuhan, menanggungnya bersamaNya, dan tetap melayaniNya”.
Setelah sharing atas pengalaman iman dalam melalui penyakitnya, aku memberkati keluarganya sebagai ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan bagi keluargnya. Ia menutup sharingnya dengan sebuah doa yang indah:
“Terima kasih Tuhan Yesus.
Aku sangat bersyukur boleh mengalami penyakit ini karena imanku semakin bertumbuh.
Aku akan terus menjadi saksi-Mu ke mana pun Engkau utus”.
Pesan dari sharing indah tesimpul dalam Mazmur 30:3: “TUHAN, Allahku, kepadaMu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku”. Aku pun memuji Tuhan atas karya-Nya yang ajaib.
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

PELAYANAN

Pelukan Kasih

Pelukan KasihTerik matahari sangat hebat di Oasis Lestari pada tanggal 21 November 2013 saat aku siap merayakan Ekaristi untuk mengkremasi seorang Bapak yang tak pernah aku prediksi. Ketika aku turun dari mobil, seorang ibu setengah baya menyapaku: “Romo, pasti kaget siapa yang meninggal ini. Ia adalah suamiku. Romo mengenalnya pada peringatan seratus hari arwah abangku satu bulan silam. Romo sempat mengobrol di luar dengannya. Ciri khasnya adalah ia selalu mengenakan topi ke mana saja ia pergi”.
Hatiku termangu mengingat waktu bertemu dengannya tanggal 20 September yang lalu. Tak kusangka bahwa pertemuan itu merupakan perjumpaan yang tak terulang. Perjumpaan yang mewariskan pesan indah bagaimana manusia itu seharusnya hidup. Ia mensharingkan ungkapan hatinya: “Romo, aku sangat mencintai istri dan ketiga anakku. Ingin hati mengungkapkannya dengan tindakan romantis seperti manusia masa kini, tetapi malu dengan seumur tua ini. Akan tetapi, aku yakin mereka merasakan kasihku walaupun tidak selalu terungkap dengan kelembutan dan kemesraan. Aku bangga dengan istriku yang kuat dan tabah dalam segala situasi. Aku juga bahagia melihat ketiga anakku telah mentas (mandiri). Itulah perutusanku dari Tuhan, yaitu menjadi seorang suami dan ayah yang mengasihi dan bertanggung jawab”.
Kerinduan hatinya terkabulkan pada hari Senin, tanggal 16 November 2013. Istrinya menjamah badannya yang dingin. Ia meminta dipeluk oleh istrinya. Ia memohon istrinya meletakkan kepalanya di dadanya. Ia kemudian meninggal dunia pada usia enampuluh tiga tahun. Istrinya mengatakan bahwa kasih memang abadi: “Ia datang kepadaku untuk menawarkan kasih. Aku menerimanya dengan kasih. Ia kini pulang ke rumah Bapa dengan pelukan kasih”. Dengan berlinang air mata, ia meneruskan ungkapan jiwanya: “Berkat pelukan kasihnya, aku mengerti satu hal bahwa aku begitu berharga baginya. Aku bahagia karena kasih menepis air mata. Kasihnya senantiasa mengisi hatiku ketika terasa hampa”.
Karena merasakan kasih ayahnya yang begitu besar, anak lelakinya yang mewakili keluarga tidak bisa menyelesaikan ucapan “terima kasih” sebelum peti masuk dalam kremasi. Deraian air matanya membuatnya tidak mampu mengucapkan kata lagi. Intinya: “Terima kasih ayah atas kasihmu. Engkau adalah ayah yang bertanggung jawab. Kadang-kadang engkau memang keras, tetapi itu karena kasih agar kami hidup lurus”.
Pesan dalam sharing iman ini: Pelukan kasih menyapa hati. Ia hadir pada saat kita merindukan kehangatannya. Ia menyembuhkan luka. Ia menenangkan jiwa yang sedang dilanda emosi yang membara. Ia menanamkan semangat untuk meraih impian di masa depan. Lebih dari semuanya, pelukan kasih membuat hidup berharga dan bermakna.
Kini kita semakin mengerti Sabda Allah ini: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan Tuhan (KRK di Bandung)

Kuasa Pemulihan dan Penyembuhan TuhanHari Kamis, 28 November 2013 pukul 17.00, Gedung Graha Tirta – Bandung dipenuhi lebih dari dua ribu umat. Mereka datang dari berbagai paroki di Keuskupan Bandung untuk mengalami kuasa pemulihan dan penyembuhan Tuhan dalam Kebangunan Rohani Katolik. KRK ini diadakan oleh Badan Pelayanan Pembaharuan Karismatik Keuskupan Bandung.
Iman akan mukjizat Tuhan diterjemahkan dalam tarian indah yang penuh makna dengan terus-menerus menyanyikan lagu “Hosanna In the Highest”. Dalam iringan malaikat, baju-baju hitam terlepas yang menyimbolkan runtuhnya kuasa kegelapan dan disembuhkannya berbagai penyakit. Pemulihan pasti terjadi karena kasih Allah.
Setelah upacara penyembahan, aku memberikan homili : “ Ketika kita menyembah Tuhan, kuasa Allah bekerja. Hati kita dipulihkan. Tubuh kita disembuhkan”. Setelah homili, aku mengangkat doa mohon kesembuhan bersama tujuh imam, yaitu Pastor Helman Pr (Moderator BPPK Keuskupan Bandung), Pastor Christ Purba SJ (Moderator BPPK Keuskupan Agung Jakarta), Pastor Hendra OSC, Pastor Yoakim OSC (Teman sekelas), Pastor Santo OSC, Pastor Sutiman OSC, Pastor Surono OSC. Umat mengangkat tangan menyanyikan lagu “Kurasakan Kasih-Mu Tuhan” bersama tim pujian yang luar biasa.
Para pastor kemudian mendoakan satu persatu umat yang hadir. Ada pengalaman yang baru pertama aku dapati dalam mendoakan ini. Seorang gadis datang dan mohon : “Romo, tolong lepaskan aku karena aku telah menyembah Lucifer selama sepuluh tahun”. Aku terkejut karena Lucifer adalah kepala setan. Aku tompangkan tanganku di atas kepalanya dan ia jatuh di lantai. Karena sudah selama satu jam lebih ia tidak bangun, beberapa bapak mencoba mengangkat badannya. Akan tetapi, mereka tidak ada yang kuat membawa tubuhnya karena ia memberontak sangat keras dan memukuli yang mendekat dengan kekuatan yang luar biasa di luar dirinya sebagai wanita. Hal ini mengingatkanku akan peristiwa seorang kerasukan roh jahat dari pekuburan di Gerasa yang menemui Tuhan Yesus Kristus : “Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai” (Lukas 5:4). Aku katakan kepada mereka : “Biarkan dahulu, nanti aku tangani setelah selesai mendoakan semuanya”. Sebelum mendoakan para panitia, saya memerciki dia dengan air suci dan garam yang aku berkati. Kemudian aku tempelkan salib rosario di dahi dan mulutnya. Aku pegang tangannya dan ia berdiri dengan masih agak lemas. Ia kemudian meneteskan air mata. Aku katakan : “Engkau telah kembali menjadi anak Allah”. Ia menganggukkan kepalanya sambil berkata : “Aku lebih bahagia menyembah Tuhan Yesus daripada setan”. Ia mengangkat tangannya sambil menyanyikan : “Halleluya”. Ia telah dilepaskan dari kuasa kegelapan. Aku pun mensyukuri atas rahmat imamat yang telah diberikan Tuhan kepadaku.
Kebangunan rohani ini selesai pukul 21.00. Umat pulang dengan hati bersukacita. Jamahan Tuhan pasti terasakan. Setiap orang tentu mengalami kebaikan Tuhan, terutama imannya disegarkan.
Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Selasa, 14 Januari 2014

SEJARAH PATUNG TUAN MA

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores


Flores Timur 


Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten kepulauan di Propinsi NTT, yang mencakup Flotim daratan, Pulau Adonara dan Pulau Solor. Karakter Geografis ini ternyata memuat sumber daya yang begitu kaya, berupa tapak-tapak kepurbakalaan, sejarah kebudayaan dan kesenian, flora-fauna, serta kebaharian yang padat potensi.Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur. Secara administrasi terdiri dari 13 Kecamatan dan 17 Kelurahan, 198 Desa, dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa (data 2004). Umumnya masyarakat masih menggangtungkan hidupnya sebagai petani dan nelayan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, sebagian lainnya sebagai pegawai.
Kabupaten Flores Timur dikenal sebagai wilayah kesatuan adat/budaya Lamaholot dengan menggunakan Bahasa Lamaholot sebagai bahasa adat/budayanya. Flores Timur dahulu kala pun mendapat pengaruh dari luar seperti Sriwijaya, Majapahit, Cina, Arab, Belanda, Jepang serta dari berbagai daerah lainnya di Nusantara, sementara Portugis secara khusus mempunyai pengaruh yang begitu mengakar sehingga olehnya Larantuka identik dengan sebutan KOTA REINHA.
Secara geografis Flores Timur terletak di belahan paling timur Pulau Flores, namun mudah untuk dicapai dari arah manapun beriiringan dengan kian terbuka dan berkembangnya jaringan telekomunikasi serta sarana-prasarana pendukung di sektor perhubungan. Diantaranya yakni telah terbuka jalur penerbangan dari Kupang menuju Larantuka, jaringan pelayanan PT. PELNI yang menyinggahi Larantuka dari berbagai kota besar di Indonesia, layanan kapal feri dari Kupang dengan frekuensi hampir setiap hari, demikian juga arus transport darat yang menghubungkan semua Kabupaten di Pulau Flores. Layanan fasilitas umum lainnya seperti sarana akomodasi/penginapan, rumah makan, transportasi laut antar pulau, pos dan telekomunikasi, bank, rumah sakit dan sebagainya menjadikan Flores Timur sebagai sebuah destinasi.

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores

Sekilas Sejarah Patung Tuan Ma

Dalam tradisi gereja Katolik di Flores Timur, khusunya di Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur, hari Kamis Putih merupakan hari suci untuk melakukan kegiatan “tikan turo” atau menanam tiang-tiang lilin sepanjang jalan raya yang menjadi rute Prosesi Jumat Agung pada keesokan harinya (10/4).

Pada siang hari Kamis Putih itu, Larantuka yang populer dengan sebutan kota Reinha Rosari itu, hening mencekam karena sedang dilakukan kegiatan “tikan turo” oleh para mardomu (semacam panitia kecil yang telah melamar jauh sebelumnya menjadi pelayan) sesuai promesanya (nasar).

Ketika itu juga, aktivitas di kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dimulai dengan upacara “Muda Tuan” (pembukaan peti yang selama setahun ditutup) oleh petugas conferia (sebuah badan organisasi dalam gereja) yang telah diangkat melalui sumpah.

Arca Tuan Ma kemudian dibersihkan dan dimandikan lalu dilengkapi dengan busana perkabungan berupa sehelai mantel warna hitam, ungu atau beludru biru.

Umat Katolik yang hadir pada saat itu diberi kesempatan untuk berdoa, menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonan itu dapat dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).

Sesuai tradisi, keturunan raja Larantuka Diaz Vieira Godinho yang membuka pintu Kapela Tuan Ma yang terletak di bibir pantai Larantuka itu.

Setelah pintu kapela dibuka, umat setempat serta para peziarah Katolik dari berbagai penjuru NTT dan nusantara serta manca negara mulai melakukan kegiatan “cium kaki Tuan Ma dan Tuan Ana” dalam suasana hening dan sakral.

Sejarah Larantuka sendiri, tidak lepas dari kedatangan bangsa Portugis dan Belanda, yang masing-masing membawa misi yang berbeda-beda pula.

Bangsa Portugis membawa warna tersendiri bagi perkembangan sejarah agama Katolik di Flores Timur, yang meliputi Pulau Adonara, Solor dan juga Lembata yang telah berdiri sendiri menjadi sebuah daerah otonom baru.

Kala itu, konon, orang Portugis yang membawa seorang penduduk asli Larantuka bernama Resiona (menurut cerita legenda adalah penemu patung Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih ketika terdampar di Pantai Larantuka) ke Malaka untuk belajar agama.

Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi yang disebut Conferia, mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam Portugis dengan penduduk setempat.

Pada 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho yang merupakan tokoh pemrakarsa upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari.

Setelah tongkat kerajaan itu diserahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha dan para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria.

Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.

Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD mengadakan upacara penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.

Selama empat abad lebih, tradisi keagamaan tersebut tetap saja melekat dalam sanubari umat Katolik setempat.

Pengembangan agama Katolik di wilayah itu, tidak lepas dari peranan para Raja Larantuka, para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan rasul awam (conferia), dan peranan semua Suku Semana serta perananan para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema).

Contoh ritual yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah penghayatan agama popular seputar “Semana Santa” dan Prosesi Jumad Agung atau “Sesta Vera”.

Kedua ritual ini dikenal sebagai “anak sejarah nagi” juga sebagai ’gembala tradisi’ di tanah nagi-Larantuka.

Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat Katolik secara tapa, silih dan tobat atas semua salah dan dosa, serta suatu devosi rasa syukur atas berkat dan kemurahan Tuhan yang diterima umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya.

Doa yang didaraskan, pun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis dan Latin.

Semana Santa (masa pekan suci) adalah istilah orang nagi Larantuka mengenai masa puasa 40 hari menjelang hari raya Paskah yang diwarnai dengan kegiatan doa bersama (mengaji) pada kapela-kapela (tori) dan dilaksanakan selama pekan-pekan suci.

Doa bersama Semana Santa diawali pada hari Rabu Abu (permulaan masa puasa) sampai dengan hari Rabu Trewa. Orang nagi Larantuka memaknai masa Semana Santa sebagai masa permenungan, tapa, sili dosa dan tobat yang dimulai dari hari Rabu atau disebut Rabu Trewa sehari menjelang Kamis Putih.

Hari ini merupakan hari penutupan Semana Santa. Selain doa dan mengaji di kapela-kapela, pada sore hari diadakan lamentasi (Ratapan Nabi Yeremia) di gereja Katedral Larantuka.

Lamentasi dilakukan menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini, Larantuka menjadi “Kota berkabung, sunyi senyap, tenang, jauh dari hingar bingar, konsentrasi pada kesucian batin dan kebersihan hidup.

Sehari setelah Kamis Putih yang bertepatan dengan pelaksanaan pemilu legislatif pada 9 April 2009, dilanjutkan dengan Prosesi Jumat Agung dalam bentuk perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai Yesus sebagai inti, sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa).

Pada hari Jumat pagi sekitar pukul 10:00 Wita, ritus Tuan Meninu (Arca Yesus) dari Kota Rewido digelar. Setelah berdoa di kapela, Tuan Meninu diarak lewat laut dengan acara yang semarak nan sakral.

Prosesi laut melawan arus ini berakhir di Pante Kuce, depan istana Raja Larantuka dan selanjutnya diarak untuk ditakhtakan pada armada Tuan Meninu di Pohon Sirih.

Arca Tuan Ma pun diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Kathedral. Pada sore hari pukul 15:00 Wita, patung Tuan Missericordia juga diarak dari kapela Missericordia Pante Besar menuju armidanya di Pohon Sirih.

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka menyinggahi delapan buah perhentian (armida), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St. Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St. Antonius, Armida Kuce dan Armida Desa Lohayong.

Urutan armida ini menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Pada Sabtu yang dikenal sebagai Sabtu Alleluya, umat Katolik mengarak kembali Tuan Ma dan Tuan Ana dari Gereja Katedral untuk disemayamkan di kapelanya masing-masing. Demikian pun halnya dengan patung Tuan Missericordia dan Tuan Meninu diarak dari armidanya kembali ke kapelanya.

Ketika tibanya Minggu Paskah, dilangsungkan upacara ekaristi di gereja masing-masing. Selesai perayaan ekaristi, patung Maria Alleluya diarak kembali ke kapela Pantekebis setelah pentakhtaan patung Maria Alleluyah, dilakukan sebuah upacara yang disebut “sera punto dama” dari para mardomu pintu Tuan Ma dan Tuan Ana yang lama kepada yang baru.

Tradisi keagamaan di Flores Timur yang sudah berlangsung ratusan tahun itu sampai sekarang masih tetap terus dipertahankan.

Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores

Sekilas Tarekat Puteri Reinha Rosari (PRR):
Konggregasi ini didirikan oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD (almarhum) dan Suster Anfrida, SSpS (Co Pendiri) di Larantuka, 15 Agustus 1958.
Tarekat PRR didirikan berdasarkan tiga latar belakang, yakni :
  1. sebagai rasa syukur atas ketahanan iman umat di Keuskupan Larantuka yang selama 200 tahun tidak ada bimbingan hirarki, tetapi tetap kokoh.
  2. membaca kebutuhan yang mendesak terkait pewartaan sehingga Uskup Manek mendirikan konggregasi ini untuk bisa mewartakan injil.
  3. mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Pusat Konggregasi PRR:  Biara Pusat PRR, Kotak Pos 3, Lebao-Larantuka, Flores Timur 86200, Indonesia.
Biara PRR Cimanggis, Kampung Tipar Rt. 01/Rw 08 No. 48, Kel. Mekarsari, Cimanggis, Bogor-Indonesia
Suster PRR melakukan Ikrar (Kaul ) untuk setia pada panggilannya





Berkaitan dengan ini :
Paket Wisata Flores Lembata 2014
Wisata Flores
 

ILE MANDIRI TOUR & TRAVEL

ILE MANDIRI TOUR & TRAVEL
Jl. Joakim BL, De-Rosari RT/RW : 08/03 No. 108 Postoh, Larantuka, Flores Timur, NTT - Indonesia, +62 383 232 5746 ( Shop ), +62 821 699 953 48 ( hp ), E : larantukatourtravel@hotmail.com, W : ilemandiritourandtravel.com, Blog : ilemandiritourtravel.blogspot.com
 
Blogger Templates